Pertanyaan:
Ustadz, berdasarkan pola pembentukan kata
dalam ilmu Shorof dikatakan bahwa fi’il yang berpola “فَعَلَ - يَفْعُلُ” (FA’ALA – YAF’ULU) itu isim makannya berpola “مَفْعَلٌ” (MAF’ALUN). Tapi kenapa fi’il “سَجَدَ
- يَسْجُدُ” (SAJADA –
YASJUDU) isim makannya menjadi “مَسْجِدٌ” (MASJIDUN)? Mestinya kan kalau mengikuti pola menjadi “مَسْجَدٌ” (MASJADUN)? Mohon penjelasannya.
Jawaban:
Ya, memang benar. Sebagaimana yang telah dijelaskan
di kitab-kitab shorof (Silakan baca di KITAB FAHIMNA SHOROF TINGKAT DASAR hal
52), fi’il yang berpola “فَعَلَ
- يَفْعُلُ” (FA’ALA –
YAF’ULU) itu isim makannya berpola “مَفْعَلٌ” (MAF’ALUN).Misalnya:
“كَتَبَ
- يَكْتُبُ” menjadi “مَكْتَبٌ” (Tempat menulis)
“خَرَجَ
- يَخْرُجُ” menjadi “مَخْرَجٌ” (Tempat keluar)
Namun, ada beberapa isim makan yang
menyalahi kaidah umum. Diantaranya:
“مَنْبِتٌ” (Tempat tumbuh)
“مَشْرِقٌ” (Tempat terbit)
“مَغْرِبٌ” (Tempat terbenam)
Karena kita dengar orang Arab
mengucapkannya seperti itu, maka kita mengikutinya. Isim-isim makan yang
seperti ini dikenal dengan istilah isim makan syadz (ganjil/menyalahi kaidah
umum).
Demikian saja.
Wallahu a’lam.
Bogor, Jum’at pagi 9 Rajab 1435H/9 Mei 2014
Muhammad Mujianto al-Batawie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar